Dikala embun membasahi rumput dan dikala udara pagi
yang sejuk menyejukkan pikiran. Aku terbangun dari tidur yang telah membuat
diriku seolah menjadi raja yang setiap keinginanku pasti akan terkabulkan atau
dipenuhi.
Disaat memulai membuka mata, aku baru tersadar itu
hanyalah mimpi semata. Aku yang semula itu adalah kenyataan dan sekarang hanya
mimpi belaka. Setelah bangun dari tidur aku memulai seperti biasa aktifitas
pagi yang seperti aku lakukan sehari harinya yaitu, sholat shubuh setelah
sholat shubuh lalu aku membereskan tempat tidurku dan setelah semuanya beres
lalu aku bergegas mandi untuk pergi kesekolah.
Ya, hari ini aku harus sekolah. Aku ingin menentukan
masa depanku bagaimana dan jadi apa kelak aku dimasa depan, dimulai dari
sekolah. Dan disekolah ini juga aku bisa menunjukkan siapa diriku sebenarnya
dan apa yang aku miliki akan aku keluarkan semuanya di dalam sekolah ini.
Setelah semuanya aktifitas pagi yang aku kerjakan
setiap pagi, aku lalu bergegas berangkat menuju ke sekolah. Sebelum berangkat
ke sekolah aku pamit terlebih dahulu kepada orangtua ku, oh iya pernah suatu
ketika aku mendengarkan khutbah dari salah satu seorang ustad di dekat rumah ku
bahwa jika kita ingin berpergian kemana saja atau pergi hendak melalukan sesuatu
yang bermanfaat kita pamit terlebih dahlu kepada orang tua kita dengan cara mencium
kedua tangannya kita niscaya akan dimudahkan segala urusannya sama Allah SWT.
Dari situ aku setiap pergi selalu pamit kepada orangtuaku.
Tepat pukul 06.45 aku berangkat kesekolah dengan
menggunakan sepedah motor. 15 menit kemudian aku sampai disekolah ku. Disinilah
semua canda, tawa , dan semuanya bercampur disekolah ini.
Saat berjalan ke kelas aku mengbrol dengan Dika
teman kelasku. Gambaran tentang Dika pun sebagai berikut : Dia itu hitam ya
sedikit agak cokelat sih, terus hidungnya enggak mancung-mancung amat, dan yang
terakhir dia tidak ganteng seperti diriku, dia orangnya asik buat bercanda dan
bermain tetapi tidak dalam hal belajar karena dia orangnya pada saat jam
pelajaran dimulai dia sering tidur dikelas tetapi pada saat guru yang
mengajarnya tidak killer dan satu
lagi dia orang yang sering disakiti oleh cewe,biasanya percintaan anak SMA
gitulah kadang putus kadang nyambung masih labil. Tapi kini dia sudah mulai mau
move on dari ceweknya.
“ Eh, lo uda ngerjain pr belum?”
“ Belum,emangnya lo uda?”
“Uda dong, hebat kan gua!!”
“Tumben lo,uda ada angin apa nih lo uda ngerjain
pr?”
“Iyalah gua kan sekarang ada penyemangatnya” . Dika
ngomong gitu sambil matanya berbinar layaknya bulan yang bersinar indah.
Sepertinya ada hal yang aneh nih ditemen aku, enggak seperti biasanya dia rajin
kaya gini mana itu pr tugasnya banyak banget lagi dan dia udah ngerjain
semuanya, aku cuman berkata subhanaAllah deh buat dia. Pas aku tanya siapa yang
bisa buat dia semangat kaya gini dia cuman jawab “Seorang gadis yang manis dan
baik hatinya yang ada di kelas XI” sambil senyum maksa Dika berkata seperti
itu. Aku heran kok ada yah cewek yang mau nyemangatin Dika yang orangnya kaya
gitu.
Ngomongin soal cinta di masa SMA, aku pun punya
cerita yang banyak kalo aku ceritain mungkin kalian semua capek bacanya. Kata
orang kalo masa masa SMA engga ada cinta mah kaya sayur tanpa garem,ceilehhh.
Pernah suatu waktu aku saat mau pulang dari sekolah menuju parkiran tepat di
dekat lapangan,aku bertemu kaka kelasku yang duduk di kelas 3. Saat berpapasan
dengan dia, aku cuman melempar senyum ke dia sebagai tanda kalo aku mau kenalan
sama dia, eh enggak taunya dia membalas senyumku itu, melihat senyumnya pasti
kalian langsung suka deh sama dia. Soalnya kalo dia senyum itu manis di lihat
kaya aku kalo lagi senyum pasti akan terlihat manis. Memang aku sudah
ditakdirkan dengan wajah yang serupawan ini. Awal mula cerita cinta aku dimulai
dari situ.
Pada besok harinya aku bersemangat sekolah, dan
akhirnya aku bertemu dengan kaka kelasku yang cantik itu. Aku mulai mencari
tahu tentang dia, akhirnya aku mengetahui nama cewek tersebut nama dia itu Nadya, dia itu kelas XII IPA3. Wah ternyata dia anak IPA, ya disekolahku
memang baru hanya ada 2 jurusan yaitu IPA dan IPS. Dan saat sudah mengetahui
namanya aku langsung search nama dia
di Facebook. Oh iya, dulu itu lagi
jaman-jamannya main dengan jejaring social
yang namanya Facebook, kalau enggak
punya Facebook nanti di bilangnya
norak. Setelah menemuka Facebook dia aku langsung menambahkan
dia sebagai teman. Beberapa saat kemudian dia telah menerima pertemananku, dari
situ aku mulai mengirim pesan ke dia dan dari siru pula lah aku bisa dekat
dengan dia, ternyata dia orangnya supel enak kalau diajak ngobrol, chatting, dan masih banyak lagi.
Setelah dekat beberapa minggu aku mulai berani
meminta nomor handphone ke dia, dan dia pun mengasihnya dan alhasil akupun
semakin dekat dengannya. Saat menjelang mau persiapan Ujian Nasional. Aku rasa
hubungan ini sudah harus resmi, ya jaman sekarang itu istilahnya aku harus
menyatakan cinta kepada dia, kalo kata anak sekarang nembak cewek lah. Saat aku
ingin menembak dia di sekolah, aku berkeringat dingin karena baru pertama kali
aku ingin menyatakan cinta kepada kaka kelas. Ya dia itu diatas umurku, tahu
kan rasanya kalo ingin menyatakan cinta gimana rasanya. Saat bertemu pas pulang
sekolah aku pun dengan siap menembak dia.
“ Aku boleh ngomong sebentar enggak?” Aku berkata
seperti itu dengan keringat dingin. Dia pun menjawab “Boleh kok, emangnya mau
ngomong apa gitu?”
“Jadi gini, sejak pertama lihat kamu itu aku punya
perasaan yang berbeda sama kamu.”
“Ha? Maksud kamu apa?”
“ Iya, aku suka sama kamu, kamu mau enggak jadi
pacar aku?”
“ Hmm, sebenernya aku mau jadi pacar kamu, tapi apa
kamu enggak malu punya pacar anak kelas 3?”
“Aku enggak malu ko, kan akunya sayang sama kamu”
“Oh yasudah, kalo enggak malu mah kita pacaran”
Dari situ aku senangnya tuh kaya meluncur ke angkasa
membelah atmosfer berlapis-lapis, meluncur bareng paus akrobatik, terus ngebut
menuju rasi bintang yang paling manis. Lebay ya? Gapapa cerita cerita gua ini
kok.
Oke, itulah awal percintaan aku di masa masa SMA,
dan sampai sekarang aku masih berpacaran dengan dia meskipun dia jauh di
Bandung untuk berkuliah dan doakan saja ya semoga aku dan dia langgeng.
*
Saat ini jam masih menunjukkan pukul 08.00 pagi. Aku
pun masih belajar dengan sangat giatnya. Tapi saat aku sedang belajar dengan
giatnya, aku diajak temanku ke kamar belakang.
“Ndi kebelakang yuk, gua males belajar nih.” Si Dika
pun mengajak aku kebelakang, aku sudah tahu kalu dia mengajak ke WC itu dia
tandanya malas belajar dan aku pun mengiyakannya karena saat itu tiba-tiba aku
seperti terkena serangan penyakit malas belajar.
Semenjak itu aku mulai nakal disekolah, mulai dari
yang namakan tugas di sepelekan dan ulangan harian pun selalu dapat nilai nol.
puncak kenakalan aku itu pada saat kelas 3 SMA, aku hampir di vonis dikeluarkan
dari sekolah karena nilai aku sealalu turun dan aku sering membolos. Tapi aku
beruntung masih punya wali kelas yang memperhatikan aku dan mau membela aku
hingga akhirya aku tetap bisa bersekolah lagi tanpa harus di keluarkan dengan
syarat aku membuat surat perjanjian tidak akan mengulanginya lagi.
Setelah liburan semester 1 aku mulai membaik tetapi
tetap saja nakal. Pada saat liburan semester aku berniat pergi berlibur ke Puri
Retno bersama teman-teman sekaligus merayakan tahun baru di tepi pantai, tapi
pada saat ingin berangkat aku ditelepon oleh wali kelasku yang bernama Bu Isma.
“Ndi,kamu
bisa kerumah saya sekarang?”
Aku pun menjawab, “kerumah ibu? Sekarang bu?”
“Iya, ada yang ingin saya bicarakan bersama kamu”
“Oke siap bu, saya segera kesana.” Setelah ditelepon
Bu Isma, alhasil liburan bersama teman-teman pun ditunda sehari karena aku
harus kerumah Bu Isma.
Beberapa
menit kemudian aku sampai dirumah Bu Isma, ternyata selama ini dugaanku salah
terhadap rumah guru sama seperti rumah biasanya. Dulu aku menganggap rumah guru
ada ruang tempat menyiksa murid-murid dan tempat seperti Home Theather yang mempelajari tentang cara menyiksa murid-murid
yang nakal seperti aku ini, tetapi dugaan aku salah ternyata rumah guru seperti
rumah pada umumnya.
Lalu aku pun mdisuruh masuk ke ruang keluarga. Dan
Bu Isma pun datang dengan segelas minum dan LKS Biologi. Dia menyuruh aku
mengerjakan LKS tersebut karena memang belum aku kerjakan pada saat itu. “Ndi
kamu itu kemana saja sih, tuh coba liat teman teman kamu sudah mengumpulkan tugas
itu sebelum liburan.” Aku baru ingat pada saat teman-teman mengumpulkan tugas
tersebut, aku belum dan malas mengerjakannya sehingga tidak aku kumpulkan tugas
tersebut. Lalu aku menjawab “ Maklum Bu, orang sibuk hehehe”. Aku
mengerjakannya pun dengan berat hati, karena aku yang berniat berlibur tapi
malah disuruh mengerjakan soal-soal biologi yang bagi aku sulit. Setelah
berpuluh puluh menit mengerjakan soal tersebut akhirnya selesai juga siksaan
dari Bu Isma sebelum liburan kali ini.
“Ndi, sini ibu kasih tahu.”
“Kamu masih punya waktu untuk berubah. Kamu pasti
mau kan lulus SNMPTN, masuk UGM? Kamu belajar yang benar dari sekarang. Jangan
bandel kaya gini. Kasihan tahu, orang tua kamu. Mulai semester depan perbaiki
yah?”
Jleb!
Kata-kata itu ternyata dalam juga ya. Karena kata-kata Bu Isma itu cukup dalam
itu, setelah liburan dan semester baru dimulai, aku menjadi lebih rajin. Gak
ada lagi yang namanya minjem pulpen setiap pagi,. Mengerjakan pr di sekolah dan
ulangan saat menyontek. Berakhir sudah masa-masa kegelapan. Aku juga ingin
membuktikan kepada Bu Isma dan orang tuaku bahwa aku juga mampu berubah dari
yang dulu nakal sampai berubah yang lebih baik.
Saat aku sedang nakal nakalnya, aku hampir mau di
usir dirumah oleh ayahku karena aku sering mendapat teguran dari guru dan orang
tuaku sering dipanngil ke sekolah karena kenakalan aku disekolah, ayahku saangat
malu atas kelakuan itu sehingga beliau berkata.
“Sudahlah kalau masih nakal begini, kamu mending
keluar dari rumah ini daripada memalukan keluarga!!!” ayah saat itu benar benar
mareah besar.
“Tapi yah, aku masih bisa berubah ko yah, aku cuma
butuh waktu buat ngebuktiinnya.” Aku membela diriku
“Sudah kamu diam! Ayah tidak mau berbicara sama
kamu!” Ayah medekati aku lalu ingin menampar aku tetapi perbuatan ayah tersebut
gagal karena mamah mencegahnya.
“Sudahlah yah, Andi kan bilang mau berubah. Coba
kita lihat apakah dia bisa berubah atau tidak.” Mamah berkata seperti itu
seraya mau menangis.
Ayah pun mengurungkan niatnya tersebut. Lau pergi ke
kamar, setelah semuanya reda aku meminta maaf kepada mamah dan berjanji tidak
akan mengulanginya lagi. Dan setelah kejadian tersebut aku ingin berubah dan
ditambah dengan kata kata dari Bu Isma yang dalam tersebut.
Dan pada saat
pelajaran biologi, suka dengan pelajaran biologi karena gurunya sangat supel
dan enjoy saat belajar jadinya anak anaknya pun merasa nyaman diajar oleh
beliau. Pada saat lagi ngantuk ngantuknya belajar dan kelas pun semakin ramai
sang guru pun bertanya.
“Ndi, kamu tahu dengan arti hidup?” Ya, pada saat
itu kita lagi mempelajari tentang perkembangan mahluk hidup.
Aku pun menjawab “ hidup itu… bisa berkembang biak,
dapat beraktivitas, dapat bergerak.”
“Bukan , itu bukan jawaban pertanyaannya. Itu adalah
ciri-ciri hidup.”
“Jadi?”
“Apa yang dimaksud dengan hidup?” kata Bu Isma lagi.
“Uhh.” Aku engga bisa menjawab.
“Ada yang tahu?” kata Bu Isma bertanya kepada
anak-anak kelas. Semuanya hening
“Emang apaan, Bu?” Aku balik bertanya ke beliau.
Dia tidak menjawab sama sekali atas pertanyaan tadi
yang dia ajukan.
Setelah pelajaran biologi berakhir. Pertanyaan dari
Bu Isma yang diajukan kepadaku tersebut membuat aku berfikir banyak.
Pertanyaan besar, “ Apa yang dimaksud dengan
hidup?”. Semakin hari semakin membuat aku berfikir buat apa kita hidup dan
tujuan kita disekolah dan hidup itu apa sebenarnya? Yang aku tahu, tujuan aku
yang paling utama adalah lulus UN dan SNMPTN yang memuaskan aku dan orang
tuaku. Seenggaknya, pertanyaan Bu Isma itu bikin aku jadi ingat kalo aku disini
itu punya tujuan. Efeknya, aku jadi semangat banget belajar. Sampai sampai,
teman-temanku heran “Lo kenapa sih jadi semangat banget belajarnya?”
Aku pun menjawab dengan santai. “Karena gua disini
punya tujuan hidup, emangnya lo semua disekolah ini punya tujuan apa? Kalau
belajarnya malas-malasan”. Temanku yang bertanya pun akhirnya diam seribu
bahasa, dia mungkin berfikir dia disekolah ini datang setiap hari di sekolah
lalu belajar, dia belajar disekolah ini untuk apa? Ya, dia disini emang harus
mempunyai tujuan hidup, bila dia tidak mempunyai tujuan hidup buat apa dia
hidup di Bumi ini. Dan dia bertanya lagi “Emang lo punya cita-cita apa sih?”.
Dan aku menjawab dengan santainya “Cita-cita gua itu MENGEJAR MATAHARI”.
Mungkin agak aneh cita-cita aku tersebut di mata teman-teman. Ya mana mungkin
bisa matahari bisa dikejar karena matahari itu sangat jauh dan panas, butuh
biaya yang banyak dan materi yang banyak untuk menggapai cita-cita tersebut.
Jadi disini aku mengartikan tentang cita-citaku ini mengejar matahari tersebut
iyalah suatu pekerjaan yang bisa membuat orang bahagia yang ada disekitar aku
dan aku ingin seperti matahari yang bisa membuat orang merasa terang di
dekatnya dan yang terpenting dari cita-citaku ini adalah dimana matahari ini
sangat berguna bagi banyak orang, seperti itulah aku yang menginginkan hidup
aku yang berguna bagi banyak orang, terutama adalah orang tuaku yang selama ini
membimbing aku, merawat aku ketika sakit, dan membiayai semua keperluan aku
selama ini. Selama ini aku hanya menyusahkan orang tuaku, tetapi orang tuaku
sabar dalam meghadapi kenakalan aku tersebut, jasa orang tua itu sangat besar
tidak pernah tak akan tergantikan oleh apa pun termasuk uang dan materi. Jadi
aku ingin seperti matahari yang bisa menerangi kehidupan orang tua di masa yang
akan datang. Maka dari itulah jika kita mempunyai cita cita yang tinggi, kita
tidak boleh terlalu lama bermimpi tetapi kita harus bangun dan berusaha untuk
meraih cita-cita yang kita inginkan tersebut. Percayalah bahwa Allah akan selalu
berada di dekat kita dan membantu kita dalam setiap usaha yang kita kerjakan asalkan
kita niat ikhlas untuk meraih mimpi tersebut tersebut. Dan aku mempunyai motto
dalam hidupku ‘JARANG TIDUR TAPI SERING BERMIMPI, JADI BANYAK WAKTU UNTUK
MEWUJUDKAN MIMPI ITU’.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar